Anda pasti pernah nobar (nonton bareng) dengan teman-teman dan microservices adalah salah satu penunjang agar Anda bisa melakukan streaming film. Teknologi microservices semakin banyak digunakan pada banyak perusahaan, khususnya yang bergerak di bidang digital. Microservices memungkinkan startup dan juga perusahaan bisa melayani konsumen dengan baik secara virtual.
Mereka bisa menawarkan sejumlah service hingga proses transaksi dengan mudah dan praktis. Layanan arsitektur ini merupakan komponen teknologi yang penting untuk membantu sejumlah perusahaan, seperti Gojek, Grab dan Netflix. Nah, agar Anda lebih memahami microservice bisa melihat penjelasan selengkapnya di bawah ini.
Pengertian Microservices
Microservices adalah metode secara khusus untuk membuat suatu aplikasi yang terdiri atas sejumlah unit layanan dan saling terhubung. Di setiap unit layanan pada aplikasi ini menjalankan fungsi yang berbeda, namun mendukung satu dengan lainnya. Microservices memiliki interface dan juga operasi yang sudah terdefinisi dengan baik.
Layanan ini memiliki sejumlah teknologi stack yang ada di dalamnya seperti manajemen data dan model database. Microservices berfungsi untuk membangun aplikasi pada aplikasi seperti contohnya pada aplikasi Shopee. Shopee memakai beberapa microservices untuk memberikan sejumlah layanan, seperti ShopeePay, Shopee Food, Shopee Mall dan yang lainnya.
Supaya setiap fitur akan terhubung dan para developer akan menggunakan API. Layanan microservices bisa dimanfaatkan oleh konsumen dan pengumpulan feedback untuk meningkatkan pelayanan bisa dilakukan secara cepat. Jadi, konsep microservice untuk membangun aplikasi dalam aplikasi.
Karakteristik Microservices
Karakteristik microservice yang secara umum ada banyak, seperti:
1. Mengurangi Risiko Kegagalan
Di setiap komponen pada website atau aplikasi bisa berjalan sendiri dan dengan adanya microservice dapat mengurangi risiko kegagalan yang terjadi. Tentunya dengan layanan ini bisa memberikan keuntungan di semua arsitektur aplikasi sebab jika terjadi kesalahan pada microservices tidak memberikan dampak besar pada fitur yang lainnya.
Mengapa microservices memiliki karakteristik seperti ini karena bisa membackup yang tersedia pada database dan juga dapat saling membackup dari satu fitur ke fitur yang lainnya.
2. Proses Routing Sederhana
Tujuan utama microservices adalah menyederhanakan proses routing yang terdapat di suatu aplikasi maupun sistem. Sebuah fitur bisa memproses permintaan tanpa perlu melakukan koordinasi dengan fitur yang lain.
Saat pengembang mempunyai rencana membuat fitur yang baru, pengguna masih tetap bisa mengakses aplikasi tersebut tanpa mengalami gangguan. Hal inilah yang membuat microservices digunakan karena sangat tepat untuk perusahaan yang ingin mengembangkan aplikasi secara cepat dan update mengikuti tren yang ada.
3. Cocok untuk Kebutuhan Bisnis
Microservices umumnya diatur sesuai dengan kemampuan sehingga tidak seperti pada pendekatan pengembangan monolitik tradisional. Layanan ini juga mempunyai relevansi dengan bisnis sebab dapat diatur dan dibangun strateginya. Pembangunan aplikasi dengan layanan ini akan memudahkan pengembang dalam menyesuaikan prioritas dan kapabilitas bisnis.
4. Bisa Berjalan Sendiri
Karakteristik microservices adalah bisa berjalan sendiri tanpa harus melakukan sinkronisasi dengan sejumlah fitur yang lainnya. Itulah sebabnya seluruh fitur yang tersedia di layanan ini biasanya memiliki tim developer yang berbeda dari pengembang aplikasi utamanya.
5. Mudah Adaptasi
Karakteristik microservices yang terakhir adalah mudah diadaptasikan atau fleksibel. Hal ini bisa membuat kemampuan pada bisnis lebih responsif pada perubahan pasar, meningkatkan skalabilitas, mempercepat waktu pengembangan dan kendala sistem secara menyeluruh.
Microservices dibuat khusus untuk bisa beradaptasi dengan adanya perubahan bisnis secara cepat dengan cara memecah aplikasi jadi komponen-komponen yang kecil. Setiap komponen ini bisa dikembangkan atau diperbaharui dengan mudah. Itulah sebabnya layanan ini lebih fleksibel untuk merespon perubahan pasar maupun kebutuhan penggunanya.
Setelah kita cukup memahami apa itu microservice dan karakteristiknya, sekarang lihat juga perbedaannya dengan monolitik.
Perbedaan Monolitik dan Microservices
Perbedaan monolitik dan microservice bisa dilihat dari beberapa sisi, seperti:
Proses Pengembangan
Perbedaan monolitik dengan microservices bisa dilihat dari proses pengembangannya. Di aplikasi monolitik jauh lebih mudah dimulai sebab tidak membutuhkan banyak perencanaan. Anda bisa langsung memulai dan menambahkan modul kode sesuai dengan kebutuhan.
Sementara itu, microservices membutuhkan lebih banyak perencanaan serta desain awalnya. Developer perlu mengidentifikasi sejumlah fungsi yang bisa bekerja independen serta merencanakan API secara konsisten.
Debugging
Debugging adalah suatu proses software mengidentifikasi kesalahan pengkodean yang membuat aplikasi melakukan perilaku tidak menentu. Pada saat debugging monolitik, pengembang bisa melacak adanya perpindahan data maupun memeriksa perilaku kode di lingkungan pemrograman yang sama.
Proses debugging pada microservices harus melakukan pemeriksaan sejumlah layanan individual. Debugging di aplikasi microservices akan lebih menantang sebab ada sejumlah pengembang yang akan bertanggungjawab dengan banyak layanan mikro.
Penyebaran
Deployment aplikasi monolitik lebih mudah dibandingkan microservices. Pengembang menginstal semua basis kode dan dependensi aplikasi di satu lingkungan tunggal. Deployment aplikasi microservices lebih kompleks sebab setiap microservices merupakan paket software dengan deployment independent.
Kelebihan dan Kekurangan Microservices
Kelebihan yang dimiliki microservices yang bisa didapatkan adalah:
1. Aman
Kelebihan microservices adalah sangat aman sebab telah dirancang untuk bisa mengatasi seluruh kegagalan yang dapat terjadi.
2. Scalable
Microservices juga mudah diupgrade dan juga diatur sesuai kebutuhan penggunanya. Perusahaan bisa upgrade fitur aplikasi tanpa perlu menambahkan resource baru untuk layanan yang lainnya.
3. Mudah Dimengerti
Layanan ini juga lebih mudah dimengerti dan dimodifikasi jadi dapat membantu agar lebih produktif. Di setiap fitur pada layanan perusahaan dibangun menggunakan teknologi yang berbeda jadi lebih bebas memilih teknologinya.
4. Sederhana
Microservices lebih sederhana sebab perubahan hanya diperlukan di bagian tertentu saja dan tidak perlu menerapkan ke semua aplikasi.
Kekurangan yang dimiliki microservices adalah:
1. Sistem Lebih Rumit
Kekurangan dari microservices adalah sistem lebih rumit atau sangat kompleks sebab pengembang perlu mengurangi latensi jaringan, toleransi eror dan yang lainnya.
2. Test Lebih Rumit
Selain sistem lebih rumit, namun juga test juga demikian karena deployment biasanya tersebar, testing lebih rumit dan butuh banyak langkah yang dilakukan.
Nah, itulah beberapa kelebihan dan kekurangan yang dimiliki microservices secara umum.
Contoh Microservices
Beberapa contoh microservices dari sejumlah perusahaan adalah:
Spotify
Spotify memakai microservices sehingga mampu mengikuti persaingan dengan layanan streaming. Hal ini akan membutuhkan inovasi yang cepat dan juga perkembangan secara terus menerus, jadi microservices merupakan pilihan yang tepat.
Amazon
Pada awalnya Amazon menggunakan monolitik, namun seiring dengan peningkatan kebutuhan bisnis dan jumlah konsumen, akhirnya memutuskan memakai microservices. Sejumlah layanan dapat berjalan dengan independent menggunakan microservices.
Netflix
Netflix juga menggunakan microservices untuk memberikan layanan live streaming film. Setelah mereka menerapkan microservices berhasil memberikan demand layanan live streaming film yang tinggi dan juga lancar.
Berdasarkan penjelasan di atas, microservices adalah layanan arsitektur untuk membuat suatu aplikasi dengan fungsi yang berbeda, namun mendukung satu dengan yang lainnya.
Agar bisa melakukan pemrograman menggunakan microservices, bisa mengikuti kursus programming dengan harga termurah di Coding Studio.